Friday, September 28, 2007

Sore yang membosankan

Sebenarnya ini ngetes saja pake Microsoft Word 2007 buat posting di Blog J

Saturday, September 08, 2007

Capeee Deeee

t*d* (9/7/2007 2:47:31 PM): Asmlmkm Mas Fajri ?mau tanya kalau template wordpress (inharmonia)untuk situs ITB, punya Mas ?
fajri (9/7/2007 2:47:37 PM): gak
t*d* (9/7/2007 2:47:55 PM): siapa ya Mas kira2 yg punya ?
t*d* (9/7/2007 2:49:41 PM): Walah meuni GARING, GAWAT
fajri (9/7/2007 2:50:31 PM): gak tao
t*d* (9/7/2007 2:51:00 PM): Anda Mahasiswa tapi kok kaya GITU yah !!!
fajri (9/7/2007 2:53:18 PM): kamu siapa sih?
t*d* (9/7/2007 2:55:12 PM): struktural karyawan IT
fajri (9/7/2007 2:55:22 PM): wah hebat
t*d* (9/7/2007 2:55:52 PM): Anda kalau ditanya jangan seperti itu, biasa saja
t*d* (9/7/2007 2:56:31 PM): catatan saja bwat anda
fajri (9/7/2007 2:56:33 PM): maksudnya biasa saja bagaimana?
fajri (9/7/2007 2:56:41 PM): dan kenapa aku mesti mikirin catatan dari anda?
fajri (9/7/2007 3:23:01 PM): halo bapak karyawan IT?
fajri (9/7/2007 3:23:03 PM): kok kabur?
t*d* (9/7/2007 3:25:23 PM): Sy ADA, TDK KABUR. sy tersinggung...dari awal dgn anda(HARUSNYA ANDA ITU MELAYANI CIVITAS AKADEMIK YANG ITB) titik. Sy. gak mau ym lagi dgn ANDA
fajri (9/7/2007 3:29:07 PM): lha kenapa saya harus melayani civitas akademik yang ITB?
fajri (9/7/2007 3:29:13 PM): saya sudah tidak ada hubungannya dengan ITB
t*d* (9/7/2007 3:29:20 PM): Anda kan di AI-3,OK
fajri (9/7/2007 3:30:48 PM): it was long time ago
t*d* (9/7/2007 3:32:37 PM): Sorry....sy kira masih Admin di ITB/AI-3?mohon maaf. Tetapi sekedar masukan lain kali bila ada yg mau minta tolong, qta kan sesama muslim jadi harus baik-baik, kan bicara sopan itu gratis lho...
fajri (9/7/2007 3:36:16 PM): masalahnya anda menganggap anda yang paling benar
t*d* (9/7/2007 3:37:03 PM): buka seperti itu, sy tdk merasa sprti itu.
fajri (9/7/2007 3:37:08 PM): sehingga ketika saya sedang sibuk dan anda bertanya, kemudian saya berikan jawaban yang singkat, anda jadi marah2

Menilik Berita di Detik

Saya dibesarkan oleh era media cetak. Jaman SD, bacaan favorit saya adalah Bobo. Kebetulan kami dulu langganan Bobo. Dari situ, saya ada sedikit hobi untuk membaca berita.

Memasuki Usia SMP dan SMA, saya hijrah ke Jogja. Bacaan saya berganti. Saya lebih sering membaca Jawapos. Terkadang baca Kompas.

Jaman kuliah, saya mulai jarang membaca berita dari media cetak. Selain kantung mahasiswa yang pas-pas-an, media lokal Bandung (Pikiran Rakyat) tidak sesuai dengan pikiran saya. Dalam arti, saya tidak suka penyajian Pikiran Rakyat.

Terkadang saya membeli koran (kalo lagi ada duit), yaitu Kompas.

Kalo sedang mudik, maka saya sering membeli Kompas dan Jawapos. Kenapa membeli dua? Karena berita di kompas adalah berita nasional. Sebenarnya berita di jawapos (radar jogja) ada yang nasional, tapi saya membeli Jawapos karena ingin membaca berita Regional. Kenapa membeli kompas? Enggak tahu.. heheheh..

Satu yang saya suka dari membaca koran adalah mengamati iklan di koran.

Sekarang, sumber saya dalam mengetahui berita adalah media online. Berita-berita tersebut saya baca melalui google reader. Tentu saja hanya berita yang menyediakan RSS Feed yang saya baca.

Kadang saya membuka situs yang tidak menyediakan RSS feed, misalnya Jawapos, Pikiran-rakyat, dan Detik.

Membicarakan Detik memang seperti membicarakan sebuah market leader yang gimana ya? Saya dan Merry sering ngobrol tentang detik. Kata Merry, itulah alasan dia membuat netsains. Kalo saya sih dulu membuat mediawatch. Heheh.. tapi sekarang entah gmn :)

Nah... kembali ke Detik..

Menurut saya, berita di detik itu memiliki karakteristik:
  1. berita cepat, yaitu berita yang disajikan secara cepat. Sebuah peristiwa bisa dibuat menjadi lebih dari 20 berita dalam rentang waktu 1 jam. Sehingga, dengan membaca judul berita kita sudah tahu isi berita. Apalagi didukung gosip bahwa setoran wartawan detik adalah 3 berita per hari.
  2. Terjemahan yang (tidak bisa) dipertanggungjawabkan. Kadang, kalo berita dari luar negeri, Detik asal saja menerjemahkan tanpa mengecek kualitas situs yang menjadi rujukan dan kualitas penerjemah. Akibatnya, Detik sering salah menerjemahkan, atau menerjemahkan berita yang salah.
  3. Menyukai berita yang kontroversial. yeah.. bad news is a good news.
  4. Basbang.. ini memang kontradiksi point 1 dan point 2. Ketika menyajikan berita cepat, Detik cenderung terlalu cepat dan terkesan tanpa konfirmasi (berita dulu, konfirmasi belakangan). Tapi ketika menyajikan sesuatu yang terjemahan, barangkali wartawan detik memerlukan waktu berhari-hari untuk menerjemahkan.
  5. Terkesan arogan. Detik tidak menerima kritik (berima euy), maklum, market leader
  6. Inkonsisten.. DBU (Tokoh fiktif yang namanya disamarkan - Konon merupakan oknum Detikinyet yang katanya bukan orang detik) pernah mengatakan bahwa untuk meralat berita harus menggunakan berita lain. Tapi ketika dia dan tim-nya melakukan kesalahan penerjemahan atau kesalahan sumber (baca poin 2), maka dengan santainya mereka menghapus atau mengedit berita.
Apakah saya masih membuka Detik?
Ya, kadang saya buka detik. Saya juga langganan RSS Feed-nya Detikinyet. Saya membuka detik kalau ingin mengetahui apa yang terjadi di Indonesia. Biasanya saya cuman buka halaman depan dan melakukan scanning terhadap judul. Hal ini biasanya saya lakukan kalo banyak berita yang belum terbaca di google reader saya.