Selama di sini, aku nyewa kamar di sebuah apartemen. Karena berbagai alasan, aku memutuskan pindah dari apartemen tersebut.
Setelah menimbang mengingat, akhirnya aku memutuskan pindah besok sabtu, tanggal 9. Sebenarnya aku pengen pindah 1 minggu sesudahnya, yaitu tangal 16, karena tanggal 10 aku mesti lembur, dan tanggal 9 pengen nyuci baju. Kemaren si tuan rumah nanya, kapan aku akan pindah. Aku jawab, "sabtu ini, tanggal 9".
Tadi.. ketika pulang kantor, tao2 si tuan rumah nanya:
Tuan Rumah (cewek): bisa liat kamar-mu?
Aku: gak masalah, tapi kamarku agak berantakan
Tuan Rumah (cewek): apa ini? (sambil nunjuk sesuatu yang aku gak tao). Ini kan telor kutu (egg-bugs). Kok bisa ada di sini?
Aku: aku gak tao
Tuan Rumah (cewek): gara2 kutu ini, kulitku gatal2 (sambil nunjuk noda hitam di kulitnya yang hitam) dan dokter kulit bilang ini karena kutu. Setelah aku cari2 ternyata asalnya dari sini. Gara2 kutu ini pula aku mesti membuang tempat tidurku dan sofa. Pokoknya kamu mesti ganti S$2000,-.
Aku: Waduh saya agak capek nih, saya mao istirahat dulu. Besok saya omongin dengan pengacara kantor saya. (saya coba menggertak, karena dari tadi sudah keserang terus).
Tuan Rumah (cewek): Gak bisa, mesti diselesaiin malam ini.
Aku: Aku akan diskusi dengan temenku
Setelah nelpon & ngobrol ama mas mahfud, akhirnya diputuskan untuk menggunakan pihak ke-tiga, yaitu agen.
Aku: Oke, kamu kontak agen-nya, nanti biar agen-nya telpon aku
Tuan Rumah (cewek): Saya sudah menghubungi agen-nya. kamu telpon ajah dia
Aku: Oke
(sebenarnya ada sesi si Tuan Rumah (cowok) marah2 ke aku, tapi di-skip ajah demi kepentingan bersama - intinya sih ancaman)
kemudian aku nelpon agen-nya. dari pembicaraan telpon aku ambil kesimpulan:
- agen-nya lepas tanggung jawab (dia gak mao jadi perantara antara aku dan tuan rumah)
- agen-nya menyarankan aku mengganti $2k.
- agen-nya membela tuan rumah
- agen bahkan mengancam akan melaporkan ke DEPNAKER sehingga ijin kerjaku dicabut
gagal mendapat dukungan ato mediasi normal dari agen (agen seharusnya menjembatani kedua belah pihak, karena dia dibayar oleh keduabelah pihak), mendingan aku pindah saja. kemudian aku bilang:
Aku: Oke, aku pindah sekarang
Tuan Rumah (cewek): oke, sebelom pindah, tinggalkan deposit dan kemudian beberapa hari kemudian kamu akan melunasi 2k itu ato kita telpon polisi
Aku: Telpon polisi saja
setelah beberapa lama, polisi datang dan menginvestigasi. tak lupa dia mencatat KTP-ku.
kemudian si tuan rumah cewek bilang:
Tuan Rumah (cewek): agen menyarankan agar kami melapor ke DEPNAKER
Polisi: (terkekeh gaya wimar witoelar menertawakan 68%) Hal kayak gini dilaporkan ke DEPNAKER?
(aku tersenyum pas bagian ini)
Aku: Saran bapak bagaimana?
Polisi: Hal kayak gini sebaiknya diselesaikan secara kekeluargaan
Tuan Rumah (cewek): bagaimana, kamu mao ninggal deposit berapa?
aku: (kampret nih.. kok tao2 minta deposit)
Aku: Besok saya ke sini jam 7 malem. sementara itu saya akan minta saran ke beberapa orang. Untuk saat ini saya tidak akan ngomong maupun menyanggupi kompensasi.
Polisi: (sambil mencatat) Oke, kalian sudah saling memiliki nomer kontak kan? Untuk sementara deposit-nya ditahan dulu sampai masalah ini selesai.
Akhirnya aku cabut dari rumah itu.
Dari rumah itu ke apartemen Mas Mahfud (yang hanya berjarak 500-1000 meter), aku naek taksi. Di taksi ternyata supirnya pernah mengalami hal serupa. Supir-nya bilang "Kalau mao sewa rumah/kamar, sama orang Malaysia atau china saja, lebih enak". Sempat ngobrol lama ama supirnya.
Akhirnya bisa istirahat..
Thanks to :
- Mas Mahfud
- Pak Pulisi
- Supir Taksi
- My Wife
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
pertamax!!!!!!!!
makane dul.. nek adus sing resik.
iso-isone tinggi melu migrasi. untung ora dituntut karo tinggi-ne. hihihihi
kutunya segede apa sih? kok telornya bisa keliatan langsung?
emang si tuan rumah pake kaca pembesar pas ngeliat-liat kamarmu?
emang beneran dia buang kasur ma sofa?
jangan-jangan cuma beli purol.
Never deal with Indians!
*apapun alasannya*
Post a Comment