Sunday, April 29, 2007

Kerugian Pemerintah Akibat Tragedi Lapindo

Dari http://www.liputan6.com/view/3,140839,1,0,1.html

PT PLN Rp 212,5 miliar.
PT Telkom Rp 19,9 miliar
PT Kereta Api Indonesia Rp 100 miliar
PT Jasa Marga Rp 16,78
PT Pertamina Rp 231 miliar
Total Kerugian BUMN: Rp 580.18 miliar

Menurut survey forbes, total kekayaan keluarga pemilik lapindo ternyata masih sekitar 20 kali dari angka kerugian yang diderita BUMN pemerintah. http://www.forbes.com/lists/2006/80/06indonesia_Aburizal-Bakrie-family_0J8F.html

ps: untung beliau sudah bukan lagi menko ekuin.

Update 29 April.

Berita di Tempo Interaktif http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/04/29/brk,20070429-98998,id.html


Lapindo Minta Pemerintah Bantu Tangani Akibat Lumpur
Minggu, 29 April 2007 | 08:59 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:PT Lapindo Brantas meminta pemerintah ikut membantu penanganan lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur. Terutama, untuk relokasi warga yang rumahnya terendam lumpur. “Sekarang, rakyat sudah menderita semua,” kata pengacara Lapindo, Fauzi Jurnalis, di kantor Tempo, Jumat (27/4).


Akhirnya pengacara lapindo sadar, bahwa rakyat menderita gara2 mereka. Apakah itu berarti pemiliknya juga sadar bahwa rakyat sudah menderita gara2 mereka? dan rasa sadar itu dikarenakan mereka meminta bantuan pemerintah?

Menurut Fauzi, pemerintah harus ikut bertanggung jawab. Alasannya, pemerintah berkewajiban memenuhi hak asasi korban lumpur. Apalagi, kata dia, banyak pengacara dan politisi yang mengatakan pemerintah sebaiknya ikut bertanggung jawab. “Apa pun yang terjadi dengan Lapindo, (keadaan) ini urusan pemerintah,” katanya.


kalo gak salah, yg di sidoarjo ini belom menghasilkan apa2. Dan kalopun menghasilkan (andaikan tidak terjadi tragedi), kayaknya juga bagian pemerintah kecil banget, itupun dari pajak. Ketika mereka bahagia, mereka melupakan negara.. ketika mereka sengsara, mereka meminta pertanggungjawaban negara.

Pemerintah, jelas dia, juga telah mendapat keuntungan dari pengeboran gas yang dilakukan Lapindo melalui sistem bagi hasil. “Lapindo berdagang dengan pemerintah. Tapi jangan biarkan rakyat menderita,” katanya.


Aduh aduh aduh.. otakku gak bisa menangkap kalimat di atas...

Tentang kemungkinan semburan lumpur dijadikan sebagai bencana, Fauzi mengatakan bahwa itu urusan pemerintah. Tapi, ia mengingatkan bahwa banyak pakar menyebut semburan lumpur sebagai bencana. “Di seminar-seminar geologi yang independen, disebutkan bahwa ada pengaruh gempa Yogyakarta terhadap gerakan tektonik yang menyebabkan erupsi semburan lumpur (mud volcano),” katanya.


Jadi inget jaman seumuran saladin dulu aku pernah ikut mbah gito menggembala kerbau-nya. Tapi jaman itu belom pernah menggembala kambing, soalnya mbah gito gak punya kambing. Kalopun punya, warnanya kagak item.

Pihak Lapindo pun sebenarnya juga bersedia menanggung kerugian. Hanya saja, kata Fauzi, kerugian yang ditanggung disesuaikan dengan kemampuan Lapindo. Menurut dia, saat ini keuangan Lapindo 'sudah lewat'. “Lapindo sudah tidak punya harta apa-apa,” katanya.


Ironis.. ketika Lapindo menyatakan diri sebagai perusahaan yang sudah kere, bekas presdir-nya mengadakan pesta mewah milyaran rupiah di jakarta, dan pemiliknya dinobatkan majalah forbes sebagai orang terkaya nomer 6 di indonesia. sementara itu, ribuan orang yang sebelomnya hidup aman damai sentosa sekarang jadi tidak jelas nasipnya, belom lagi anak2 mereka yang masa depannya terancam juga.

No comments: