Saturday, May 24, 2008
Naikkan Saja Harga BBM-nya!!
Subsidi itu akan membebani APBN, disamping besaran subsidi itu juga terpengaruh harga pasar. Semakin gedhe selisih harga minyak di pasar dan asumsi harga minyak di APBN, semakin besar beban yang ditanggung APBN.
Menurut saya, biarkan saja harga BBM mengikuti harga pasar dunia. Kalo perlu tiap bulan (atau tiap minggu, atau tiap hari) harga BBM direvisi (bisa naik, bisa juga turun).
Dengan cara ini, pemerintah bisa mendapatkan:
1. APBN tidak akan dibebani oleh subsidi yang sangat besar, yang nilainya tergantung pasar dunia dunia, serta tidak ada manfaatnya secara langsung ke masyarakat.
2. Subsidi APBN untuk BBM bisa dialihkan ke subsidi lainnya, yang lebih terasa (misalnya SD gratis tis tis), atau untuk pembangunan infrastruktur.
Tentu saja pelepasan harga BBM mengikuti harga pasar dunia bisa berakitbat tidak terkontrolnya harga kebutuhan pokok di tingkat masyarakat.
Pemerintah bisa saja mengatasinya misalnya dengan cara:
1. subsidi BBM hanyak untuk kendaraan umum serta truk pengangkut kebutuhan pokok
2. subsidi harus dikontrol sehingga tidak ada korupsi
Andai pemerintah tetap saja men-subsidi BBM, masalah ini akan muncul lagi tahun depan, tahun depannya lagi, dan seterusnya.
Sunday, April 13, 2008
Kapolda Jabar Susno Duadji
Berita di Pikiran Rakyat.
Kapolda Jabar Irjen Pol. Susno Duadji,
"Jangan Pernah setori Saya"![]()
RABU (30/1) lalu, Kapolda Jabar Irjen Pol. Drs. Susno Duadji, S.H., M.Sc., mengumpulkan seluruh perwira di Satuan Lalu Lintas mulai tingkat polres hingga polda. Para perwira Satlantas itu datang ke Mapolda Jabar sejak pagi karena diperintahkan demikian. Pertemuan itu baru dimulai pukul 16.00 WIB.
Dalam rapat itu, kapolda hanya berbicara tidak lebih dari 10 menit. Meski dilontarkan dengan santai, tetapi isi perintahnya "galak" dan "menyentak". Saking "galaknya", anggota Satlantas harus ditanya dua kali tentang kesiapan mereka menjalani perintah tersebut.
Isi perintah itu ialah tidak ada lagi pungli di Satlantas, baik di lapangan (tilang) maupun di kantor (pelayanan SIM, STNK, BPKB, dan lainnya). "Tidak perlu ada lagi setoran-setoran. Tidak perlu ingin kaya. Dari gaji sudah cukup. Kalau ingin kaya jangan jadi polisi, tetapi pengusaha. Ingat, kita ini pelayan masyarakat. Bukan sebaliknya, malah ingin dilayani," tutur pria kelahiran Pagaralam, Sumatera Selatan itu.
Pada akhir acara, seluruh perwira Satlantas yang hadir, mulai dari pangkat AKP hingga Kombespol, diminta menandatangani pakta kesepakatan bersama. Isi kesepakatan itu pada intinya ialah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang tepat waktu, tepat mutu, dan tepat biaya.
Susno memberi waktu tujuh hari bagi anggotanya untuk berbenah, menyiapkan, dan membersihkan diri dari pungli. "Kalau minggu depan masih ada yang nakal, saatnya main copot-copotan jabatan," kata suami dari Ny. Herawati itu.
Pernyataan Susno itu menyiratkan, selama ini ada praktik pungli di lingkungan kepolisian. Hasil pungli, secara terorganisasi, mengalir ke pimpinan teratas. Genderang perang melawan pungli yang ditabuh Susno tidak lepas dari perjalanan hidupnya sejak lahir hingga menjabat Wakil Kepala PPATK (Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan). PPATK adalah sebuah lembaga yang bekerja sama dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) menggiring para koruptor ke jeruji besi.
Berikut petikan wawancara wartawan "PR" Satrya Graha dan Dedy Suhaeri dengan pria yang telah berkeliling ke-90 negara lebih untuk belajar menguak korupsi.
Apa yang membuat Anda begitu antusias memberantas pungli atau korupsi?
Saya anak ke-2 dari 8 bersaudara. Ayah saya, Pak Duadji, bekerja sebagai seorang supir. Ibu saya, Siti Amah pedagang kecil-kecilan. Terbayang ’kan betapa sulitnya membiayai 8 anak dengan penghasilan yang pas-pasan. Oleh karena itu, saat lulus SMA saya memilih ke Akpol karena gratis.
Nah, waktu sekolah, kira-kira SMP, saya punya banyak teman. Beberapa di antaranya dari kalangan orang kaya, seperti anak pejabat. Sepertinya, enak sekali mereka ya, bisa beli ini-itu dari uang rakyat. Sejak itulah, terpatri di benak saya, ada yang tidak benar di negara ini dengan kemakmuran yang dimiliki oleh para pejabat. Maka, saya sangat bersyukur bisa berperan memberantas korupsi saat mengabdi di PPATK. Itulah tugas saya yang paling berkesan selama ini karena bisa menjebloskan menteri, mantan menteri, dan direktur BUMN, yang memakan uang rakyat. Ada kepuasan batin.
Pengalaman di PPATK itukah yang membuat Anda menabuh genderang perang melawan pungli saat masuk ke Polda Jabar?
Seperti itulah. Akan tetapi, harusnya diubah, bukan pungli. Kalau pungli, terkesan perbuatan itu ketercelaannya kecil. Yang benar adalah korupsi. Pungli adalah korupsi. Mengapa korupsi yang saya usung? Karena sejak zaman Majapahit dulu, korupsi itu salah. Apalagi, jika aparat hukum yang korup. Bagaimana kita, sebagai aparat hukum, bisa memberantas korupsi kalau kitanya sendiri korupsi.
Oleh karena itu, sebagai tahap awal, saya "bersihkan" dulu di dalam, baru membersihkan yang di luar. Bagaimana saya mau menangkap bupati, direktur, dan lain-lain kalau di dalamnya belum bersih dari korupsi. Kalau aparatnya korupsi, tamatlah republik ini.
Tahap awalnya biasa saja. Umumkan, lalu periksa ke atasan tertingginya, yaitu saya, selanjutnya keluarga saya. Setelah itu pejabat-pejabat di Polda. Baru kemudian ke kapolwil, kapolres, dan seterusnya.
Kenapa harus dimulai dari saya. Karena saya pimpinan tertinggi di Polda Jabar ini. Ingat, memberantas korupsi bukan dimulai dari polisi yang bertugas di jalan raya. Kalau di pemerintah, bukan dari tukang ketik, atau petugas kecamatan yang melayani pembuatan akte kelahiran. Akan tetapi, dimulai dari pimpinan tertinggi di kantor itu.
Artinya, saya sebagai pimpinan jangan korupsi. Bentuknya macam-macam, seperti mendapat setoran dari bawahan, setoran dari pengusaha-pengusaha, mengambil jatah bensin bawahan, atau mengambil anggaran anggota saya. Oleh karena itu, saya tidak akan minta duit dari dirlantas, direskrim, atau kapolwil. Tidak juga mengambil anggaran mereka, atau uang bensin mereka.
Jadi, kalau di provinsi, misalnya, ada korupsi, yang salah bukan karyawannya, tetapi gubernurnya. Memberantasnya bagaimana? Mudah saja. Tinggal copot saja orang tertinggi di instansi itu.
Untuk program "bersih-bersih" itu, kira-kira Anda punya target sampai kapan?
Secepatnya. Ya, dua-tiga bulan. Kalau tidak segera, bagaimana kita menunjukkan kinerja kepada rakyat. Kita tidak perlu malu dan takut nama kita jatuh kalau bersih-bersih dari korupsi di dalam. Kita tidak akan jatuh merek dengan menangkap seorang kolonel polisi atau polisi berbintang yang korupsi. Kalau perlu, tulis gede-gede itu di koran.
Dan, anggota saya yang ketahuan korupsi, akan saya pecat. Jika memang saya harus kehabisan anggota saya di Polda Jabar karena semuanya saya pecat gara-gara korupsi, kenapa tidak. Apa yang harus ditakutkan.
Saya yakin, rakyat pasti senang kalau polisi bebas dari korupsi. Polisi itu bukan milik saya, tetapi milik rakyat. Saya justru merasa lebih tidak terhormat kalau memimpin kesatuan yang anggotanya banyak korupsi.
Berbicara soal penanganan kasus korupsi. Betulkah mengusut kasus korupsi bagaikan mengurai benang kusut. Pasalnya, para penyidik tipikor Polda Jabar mengaku kesulitan mengungkap kasus korupsi dengan alasan perlu kajian yang mendalam atas bukti-bukti sehingga memakan waktu lama?
Hahaha.... (Susno tertawa lepas). Mengusut kasus korupsi itu jauh lebih mudah ketimbang mengusut kasus pencurian jemuran. Mengungkap kasus pencurian jemuran perlu polisi yang pintar karena banyak kemungkinan pelakunya, seperti orang yang iseng, orang yang lewat, dan beberapa kemungkinan lainnya.
Kalau kasus korupsi, tidak perlu polisi yang pintar-pintar amat. Misal, uang anggaran sebuah dinas ada yang tidak sesuai. Tinggal dicari ke mana uangnya lari. Orang-orang yang terlibat juga mudah ditebak. Korupsi itu paling melibatkan bosnya, bagian keuangan, kepala projek, dan rekanan. Itu saja. Jadi, kata siapa sulit? Sulit dari mananya. Tidak ada yang sulit dalam memberantas korupsi. Kuncinya hanya satu, kemauan yang kuat. Harus diakui, itu (memberantas korupsi) memang susah karena korupsi itu nikmat. Apalagi, saat memegang sebuah jabatan.
Contohnya saja posisi kapolda. Siapa sih yang tidak mau jadi kapolda. Ibaratnya, tinggal batuk, apa yang kita inginkan langsung datang. Pertanyaannya, mau atau tidak terjerumus di dalamnya (korupsi). Kalau saya, jelas tidak. Itu hanya kenikmatan duniawi sesaat saja. Untuk apa sih duit banyak-banyak hingga tidak habis tujuh turunan. Gaji saya saja sekarang sudah besar. Mobil dikasih. Bensin gratis. Ada uang tunjangan ini-itu. Sudah lebih dari cukup. Anak-anak saya juga sudah kerja semua. Bahkan, gajinya lebih besar dari saya.
Lalu, langkah apa yang akan Anda buat agar Polda Jabar giat mengungkap kasus korupsi?
Seperti saya katakan tadi, bersih-bersih dulu di dalam. Jika sudah bersih di dalam, baru membersihkan di luar. Dan kasus korupsi akan menjadi salah satu target kami. Kami akan genjot pengungkapan kasus korupsi biar Jabar bergetar.
Untuk itu, kami akan berkoordinasi dengan PPATK untuk mengusut kasus-kasus korupsi di Jabar yang melibatkan pejabat publik. PPATK pasti mau membantu asalkan anggota saya bersih dan bisa dipercaya. Kita juga bisa diberi kasus-kasus. Kalau tidak bersih dan tetap "bermain" bagaimana bisa dipercaya. Kalau orang sudah percaya sama kita, maka banyak kasus yang masuk.
Akan tetapi, bukan karena basic saya di korupsi sehingga korupsi digenjot. Kasus lainnya juga dikerjakan. Dan, untuk itu harus tertib administrasi, salah satunya dengan membuat sistem pelaporan perkara berbasis IT yang terintegrasi dari polsek hingga ke polda. Untuk apa? Agar kita tahu setiap ada perkara yang masuk.
Jadi, alangkah bodohnya seorang kapolda jika tidak mengetahui jumlah perkara di jajarannya. Kalau jumlahnya saja tidak tahu, bagaimana tahu isi perkaranya. Dalam sistem pelaporan perkara tersebut, nantinya ada klasifikasi perkara. Perkara mana yang porsinya polda, polwil, polres, dan polsek. Untuk polda, misalnya kasus teror dan korupsi. Soal lapor boleh di mana saja.
Kita juga harus mempertanggungjawabkan hal itu ke pelapor dengan mengirim surat kepada pelapor bahwa kasusnya ditangani oleh penyidik ini, ini, dan ini. Kemajuannya dilaporkan secara berkala. Ini akan menjadi standar penilaian untuk penyidik. Dan kapolda mengetahui semua ini karena sistemnya ada sehingga tidak pabaliut. Saya paling tidak suka yang pabaliut-pabaliut. Mungkin, bagi sebagian orang, pabaliut itu enak karena sesuatu yang tidak tertib administrasi itu paling enak untuk diselewengkan. Benar tidak?
Langkah Anda memberantas pungli dan korupsi di tubuh Polda Jabar kemungkinan akan memberi efek pada pengungkapan kasus dengan alasan anggaran yang minim. Menurut Anda?
Kalau kita pandang minim, pasti minim terus. Kapan cukupnya. Kalau anggaran sudah habis, jangan dipaksakan memeras orang untuk menyidik. Mencari klien yang kehilangan barang di sini, memeras di tempat lain. Siapa yang suruh? Bilang saja sama rakyat, anggaran kita sudah habis untuk menyidik. Kita tidak perlu sok pahlawan.
Perilaku memeras atau menerima setoran itu zaman jahiliah. Tidak perlu ada lagi anggota setor ke kasat lantas atau kasat serse, lalu kasat serse setor ke kapolres, dan kapolres setor ke kapolwil untuk melayani kapolda. Jangan pernah setori saya. Lingkaran setan itu saya putus agar tidak ada lagi sistem setoran.
Bukan zamannya lagi seorang kapolsek, kapolres atau kapolwil bangga karena mampu membangun kantornya dengan megah. Dari mana duitnya kalau bukan dari setoran orang-orang yang takut ditangkap, seperti pengusaha judi, dan penyelundupan. Tidak mungkin dari gaji, wong gajinya hanya Rp 5-6 juta.
Menurut saya, anggota yang melakukan itu hanya satu alasannya, ingin kaya. Kalau ingin kaya, jangan jadi polisi, tetapi jadilah pengusaha.
Sikap Anda tersebut kemungkinan memunculkan pro dan kontra di lingkungan kepolisian?
Lho, kenapa harus jadi pro dan kontra. Peraturannya sudah jelas mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh. Korupsi jelas-jelas dilarang dan ancamannya bisa dipecat. Jadi, tidak perlu diperdebatkan. Titik.
Bagi saya, siapa yang menjadi pemimpin harus mau mengorbankan kenikmatan dan kepuasan semu. Nikmat dengan pelayanan, dengan sanjungan, serta nikmat dengan pujian palsu. Malu dong bintang dua jalan petantang-petenteng, tetapi anak buah yang dipimpinnya korupsi dan memberikan pelayanan tidak sesuai dengan standar. Malu juga dong kita lewat seenaknya pakai nguing-nguing (pengawalan), sementara rakyat macet. Itu juga korupsi.
Polisi yang korup sama saja dengan melacurkan diri. Jadi, kalau saya korup dengan menerima setoran-setoran tidak jelas, apa bedanya saya dengan pelacur. ***
Dan Pak Armein sudah membuktikannya
Hormat kepada Irjen Pol Susno Duadji Kapolda Jawa Barat
April 9, 2008 in Uncategorized
Sebulan lalu saya mengurus perpanjangan SIM di Polwiltabes Bandung Jl Merdeka. Saat itu saya melihat sendiri perubahan yang terjadi, berkat gebrakan Bapak Irjen Pol Susno Duadji, Kapolda Jawa Barat. Polwiltabes jadi bersih dari calo! Bangga dan hormat hati saya kepada beliau dan jajarannya.
Saat kami ke Subang sebulan lalu saya menyadari SIM saya sudah kadaluarsa. Kadaluarsa 6 bulan! Wah. Untung kalau kadaluarsa belum satu tahun, masih bisa diperpanjang biasa.
Senin nya langsung saya pergi ke Kantor Polisi. Saya dengar ada layanan SIM Keliling, yang bisa cepat. Ternyata saya terlambat. Jam 10 mulai, jam 12 tutup.
Jadi besoknya saya buru lagi SIM keliling. Kali ini di Jl Ahmad Yani. Wah sudah banyak orang. Ternyata perlu copy KTP dan SIM. Setelah lari-lari mengcopy, balik lagi ke mobil SIM keliling, polisi minta maaf. Sudah terlalu banyak orang, jhadi form habis. Yah, saya kecewa. Tapi ternyata bukan jodoh saya, karena SIM saya B1 dan C. SIM keliling hanya untuk SIM A dan C. Saya harus ke Polwiltabes nih.
Rabu pagi saya datang ke Polwiltabes. Lho kok sepi? Saya datang ke polisi jaga. Biasanya mereka menyambut sambil menawarkan jasa. Kali ini dengan senyum ramah, si polisi menunjukkan prosedur resmi. Saya harus mengurus berkas dan kesehatan dulu. Saya kemudian pergi ke loket, wah sudah terlalu banyak orang. Balik lagi jumat, karena Rabu ada rapat penting dan Kamis rasanya harus ke Jakarta.
Jumat saya datang ke loket, berkas saya harus dicari. Akhirnya keluar, dan kemudian pergi ke tempat tes kesehatan. Waduh yang antri banyak sekali. Akhirnya saya tinggal.
Sabtu saya balik kembali. Ternyata saya salah, kalau SIM B bisa langsung diperiksa, tidak perlu antri lama. Periksa kesehatan lancar. OK, saya lari kebali ke tempat test nyetir. Nah ini susah untuk lulus. Kita menggunakan simulasi komputer. Sopir kawakan pun tidak dijamin lancar. Tapi saya sekali coba langsung lulus (agak dibantu polisi dengan teriakan aba-abanya hehehe). Dapatlah tanda lulus test nyetir dan kesehatan. Tapi sudah sore. Semua loket tutup. Senin saja.
Senin saya bayar asuransi, dan biaya pembuatan SIM, harus tunggu lama sampai dipanggil karena SIM B1 butuh pengesahan langsung dari saeorang atasan. Setelah itu saya pergi ke ruang test untuk mengisi form detail yang akan muncul di SIM. Dan kemudian pergi ke loket foto. Setelah foto dan tandatangan, tunggu sebentar, voila.. SIM B1 dan C keluar. Masih panas dari pencetakan.
OK ini cerita panjang dan membosankan.
Tapi suatu hal saya mau bilang: tidak ada calo! Polisi tertib, ramah, sangat membantu, dan bersih!
Saya mengorbankan waktu dan emosi banyak sekali. Rapat-rapat di-cancel. Karena urusan ini. Tapi melihat rasa hormat dan pelayanan kembali ke Kantor Polisi, saya rela. Saya ikhlas.
Tentu proses bisa dipercepat, disederhanakan. Tapi itu soal nanti. Yang penting, pulang dari Polwiltabes, saya bersyukur kantor polisi bukan lagi sarang penjahat. Saya berubah menjadi hormat dan bangga sekali punya polisi seperti ini.
Dan saya dengar, ini semua berkat keberanian Irjen Pol Susno Duadji menegakkan kewibawaan polisi.
Mari kita dukung. In meantime, pak Jenderal, ….salam dan hormat saya…
Monday, April 07, 2008
Roy Suryo adalah Pembaca Blog yang Aktif

Dalam wawancaranya dengan Enda, OkeZone menuliskan:
"Saya hanya kurang setuju dengan image blogger yang dicap negatif olehnya, bahkan dikutip di beberapa media. Tadi pagi sempat saya tanyakan, tapi jawabannya cukup mengherankan. Mas Roy bilang, 'Saya mencap blogger negatif karena saya nggak kenal mereka,'" kisah Enda kepada okezone, Senin (7/4/2008).Kok saya agak dejavu ya. Kemaren di id-gmail, aku posting hal serupa, yang dikutip Riri,
Menurut Fajri beda blogger negatif dan blogger positif:Pasti semalem atau tadi pagi Roy Suryo baca blog-nya Riri.. Hayooo ngaakkuuuuu!!!blogger negatif adalah blogger yang blog-nya: (salah satu poin)
- ada link ke blog-nya enda, priyadi, atau eko
- ada postingan di blog tersebut yang menyatakan ketidaksetujuannya sama roy suryo
- blogger yang tidak dikenal roy suryo
Sunday, April 06, 2008
Say NO to MURI
Entah kenapa, akhir2 ini aku ngerasa Muri menjadi sebuah lembaga yang mengobral gelar-gelar untuk kepentingan publikasi tertentu. Bahkan hal-hal tidak penting pun bisa jadi gelar.
Contohnya, tahun 2007 Muri memberikan penghargaan kepada IPDN sebagai "Pemrakarsa dan Penyelenggara Penulisan Pernyataan Sikap Moral pada Kain Terpanjang". Penting gak sih penghargaan itu? atau sekedar sarana publikasi tertentu. (ps: sayangnya Muri lupa memberi penghargaan kepada IPDN sebagai "pelanggar gerakan moral tercepat", karena beberapa saat setelah gerakan moral tersebut, ada kekerasan lagi di IPDN).
Contoh lainnya, baru2 ini Muri memberikan penghargaan kepada Partai RepublikaN sebagai partai dengan pendiri terbanyak. Memang penting gitu? Tidak perlu effort yang banyak untuk mengalahkan rekor tersebut.
Penghargaan2 tidak penting tersebut buat aku malah memberikan kesan bahwa Muri adalah lembaga yang hobi memberikan penghargaan2 atas rekor tidak penting.
Say NO to MURI!!!
Salam hangat dari Jogja,
Blogger Negatif.
Monday, March 17, 2008
Megawati oh Megawati
sejak tidak menjadi presiden, tindak tanduk-nya mulai menunjukkan bahwa beliau memang tidak cocok untuk dipilih lagi jadi presiden, diantaranya:
1. ketika pengalihan kekuasaan ke SBY, beliau nyuekin SBY. serah terima jabatan pun tak ada.
2. dalam berbagai kesempatan, beliau selalu mengkritik pemerintah, seolah2 apa yang dia perbuat dulu lebih baik daripada pemerintah yang sekarang.
3. beliau sekarang sibuk kampanye ke daerah-daerah. tiap kali kampanye, beliau selalu bilang "ini bukan kampanye terselubung kok". ya terang ajah, yang beliau lakukan kan "kampanya terang-terangan".
4. menyamakan diri dengan nabi? oh my gosh.
Friday, December 07, 2007
Kamar Mandi Baru
Beberapa fasilitas tambahan di kamar
- Lebih banyak kaca, membuat narsis menjadi lebih terfasilitasi
- Sensor lampu otomatis, jadi kalo gak ada orang di kamar mandi, lampu mati.
- (untung) gak ada kameranya
- Alat pewangi otomatis yang nyala kalo ada yang b*k*r, atau sekedar k*nt*t
- Dan masih banyak lagi
Sunday, December 02, 2007
bagai larry page tidak bisa mengakses google
Monday, October 29, 2007
Di Pinggir Jalan
Bocoran: kalo gak salah, IPK-nya desiree > 3.8.
Pram adalah mahasiswa Elektro ITB angkatan 1998. Ybs adalah ketua MPA (MRR-nya HME ITB). Pram juga orang yang sangat pinter. IPK-nya > 3.9.
Hari ini, tidak sengaja, aku bertemu kedua orang tersebut di jalan. Jam 2 setelah makan siang ketemu Desiree di lampu merah. Ngobrol2 bentar, ternyata Desiree cuman numpang lewat. Ya udah, janjian ajah malemnya buat makan malam bareng, mumpung pesawatnya Desiree malam banget.
4 Jam kemudian, dalam perjalanan menuju tempat pertemuan dengan Desiree, sekitar 100 meter dari tempat aku ketemu Desiree siang tadi, aku berpapasan dengan Pram. Untung aku masih bisa mengenalinya, walaupun kayaknya dia tidak mengenali aku hahahaha. Basa-basi bentar, terus cabut.
Barangkali ini pertanda, bahwa hari ini, kalo aku mutusin kuliah lagi, IPK-ku adalah rata-rata antara IPK-nya Desiree dan IPK-nya Pram. Hahahahah. *ngimpi kaliii yeeee*
Untung tidak ketemu Nugroho Hananto Putrujudo aka Edo Caligula. Kalo tidak, peruntunganku hari ini hilang, dan mesti lulus pada jatah waktu maksima.
Saturday, October 27, 2007
FISKAL = Ajang Korupsi
Potensi Kehilangan Fiskal Rp1 T, Darmin Nasution Siap Temui DPR Cetak E-mail
JAKARTA - Direktur Jenderal Pajak Darmin Nasution mengaku siap memberi penjelasan kepada anggota Komisi XI DPR terkait potensi hilangnya pajak perjalanan luar negeri sebesar Rp1 triliun. Akan dijelaskan perbedaan metode pencatatan penumpang, dan kenapa data Ditjen Pajak lebih besar dari Angkasa Pura, yaitu kemungkinan penumpang yang membayar pajak tidak di Bandara Soekarno-Hatta.
“Kita siap membicarakannya di Rapat Pansus UU PPh. Kita sendiri, dalam amandemen mengusulkan 2010 (bebas fiskal). Keputusannya belum tahu,” katanya di Gedung Kantor Menko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Jumat (26/10/2007).
Seperti diketahui, potensi penerimaan fiskal ke luar negeri sebesar Rp1 triliun diperkirakan hilang di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng Banten. Hal ini terungkap dalam kunjungan kerja Komisi XI DPR ke wilayah Provinsi Banten, yang mencakup pelayanan penerbangan di sana.
Setoran pajak perjalanan ke luar negeri yang hilang itu terungkap dari diskrepansi atau perbedaan data jumlah penumpang ke luar negeri melalui Bandara Soekarno-Hatta. Yaitu antara data Unit Fiskal Luar Negeri (UFLN) Direktorat Jenderal Pajak dan PT Angkasa Pura II antara tahun 2004 hingga 2006.
Direktur Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak Djoko Slamet menambahkan, beberapa perbedaan pencatatan misalnya pembatalan keberangkatan penumpang yang telah membayar pajak sehingga ada di pembukaan UFLN tapi tidak di Angkasa Pura. Lalu, pencatatan penumpang yang termasuk bebas fiskal, seperti diplomat tidak dianggap Ditjen Pajak sebagai penumpang.
“Mereka ada pengecualian kalau nggak salah, (Angkasa Pura) anak di bawah 8 tahun (tidak bayar pajak), (versi) kita anak di bawah 10 tahun. Dasar datanya itu beda, nggak akan sama,” katanya.
Darmin mengingatkan, pajak perjalanan luar negeri di bandara merupakan Pajak Penghasilan yang dibayar di muka. Artinya, secara langsung keberadaannya tidak memberi pemasukan penerimaan signifikan. Pajak itu dulu diterapkan pascakrisis ekonomi 1997, untuk mencegah Wajib Pajak mangkir membayar pajak, dan membatasi konsumsi masyarakat di luar negeri.
“Fiskal itu adalah PPh bayar dimuka, akhir tahun dia (WP) mau memperhitungkan fiskal yang dia bayar boleh, jadi jangan melihat fiskal itu beridiri sendiri, dia itu uang muka. Siapa tahu dia, tidak memperhitungkan, yang untung buat kita,” katanya. (muhammad ma’ruf/sindo/mbs)
Friday, September 28, 2007
Saturday, September 08, 2007
Capeee Deeee
fajri (9/7/2007 2:47:37 PM): gak
t*d* (9/7/2007 2:47:55 PM): siapa ya Mas kira2 yg punya ?
t*d* (9/7/2007 2:49:41 PM): Walah meuni GARING, GAWAT
fajri (9/7/2007 2:50:31 PM): gak tao
t*d* (9/7/2007 2:51:00 PM): Anda Mahasiswa tapi kok kaya GITU yah !!!
fajri (9/7/2007 2:53:18 PM): kamu siapa sih?
t*d* (9/7/2007 2:55:12 PM): struktural karyawan IT
fajri (9/7/2007 2:55:22 PM): wah hebat
t*d* (9/7/2007 2:55:52 PM): Anda kalau ditanya jangan seperti itu, biasa saja
t*d* (9/7/2007 2:56:31 PM): catatan saja bwat anda
fajri (9/7/2007 2:56:33 PM): maksudnya biasa saja bagaimana?
fajri (9/7/2007 2:56:41 PM): dan kenapa aku mesti mikirin catatan dari anda?
fajri (9/7/2007 3:23:01 PM): halo bapak karyawan IT?
fajri (9/7/2007 3:23:03 PM): kok kabur?
t*d* (9/7/2007 3:25:23 PM): Sy ADA, TDK KABUR. sy tersinggung...dari awal dgn anda(HARUSNYA ANDA ITU MELAYANI CIVITAS AKADEMIK YANG ITB) titik. Sy. gak mau ym lagi dgn ANDA
fajri (9/7/2007 3:29:07 PM): lha kenapa saya harus melayani civitas akademik yang ITB?
fajri (9/7/2007 3:29:13 PM): saya sudah tidak ada hubungannya dengan ITB
t*d* (9/7/2007 3:29:20 PM): Anda kan di AI-3,OK
fajri (9/7/2007 3:30:48 PM): it was long time ago
t*d* (9/7/2007 3:32:37 PM): Sorry....sy kira masih Admin di ITB/AI-3?mohon maaf. Tetapi sekedar masukan lain kali bila ada yg mau minta tolong, qta kan sesama muslim jadi harus baik-baik, kan bicara sopan itu gratis lho...
fajri (9/7/2007 3:36:16 PM): masalahnya anda menganggap anda yang paling benar
t*d* (9/7/2007 3:37:03 PM): buka seperti itu, sy tdk merasa sprti itu.
fajri (9/7/2007 3:37:08 PM): sehingga ketika saya sedang sibuk dan anda bertanya, kemudian saya berikan jawaban yang singkat, anda jadi marah2
Menilik Berita di Detik
Memasuki Usia SMP dan SMA, saya hijrah ke Jogja. Bacaan saya berganti. Saya lebih sering membaca Jawapos. Terkadang baca Kompas.
Jaman kuliah, saya mulai jarang membaca berita dari media cetak. Selain kantung mahasiswa yang pas-pas-an, media lokal Bandung (Pikiran Rakyat) tidak sesuai dengan pikiran saya. Dalam arti, saya tidak suka penyajian Pikiran Rakyat.
Terkadang saya membeli koran (kalo lagi ada duit), yaitu Kompas.
Kalo sedang mudik, maka saya sering membeli Kompas dan Jawapos. Kenapa membeli dua? Karena berita di kompas adalah berita nasional. Sebenarnya berita di jawapos (radar jogja) ada yang nasional, tapi saya membeli Jawapos karena ingin membaca berita Regional. Kenapa membeli kompas? Enggak tahu.. heheheh..
Satu yang saya suka dari membaca koran adalah mengamati iklan di koran.
Sekarang, sumber saya dalam mengetahui berita adalah media online. Berita-berita tersebut saya baca melalui google reader. Tentu saja hanya berita yang menyediakan RSS Feed yang saya baca.
Kadang saya membuka situs yang tidak menyediakan RSS feed, misalnya Jawapos, Pikiran-rakyat, dan Detik.
Membicarakan Detik memang seperti membicarakan sebuah market leader yang gimana ya? Saya dan Merry sering ngobrol tentang detik. Kata Merry, itulah alasan dia membuat netsains. Kalo saya sih dulu membuat mediawatch. Heheh.. tapi sekarang entah gmn :)
Nah... kembali ke Detik..
Menurut saya, berita di detik itu memiliki karakteristik:
- berita cepat, yaitu berita yang disajikan secara cepat. Sebuah peristiwa bisa dibuat menjadi lebih dari 20 berita dalam rentang waktu 1 jam. Sehingga, dengan membaca judul berita kita sudah tahu isi berita. Apalagi didukung gosip bahwa setoran wartawan detik adalah 3 berita per hari.
- Terjemahan yang (tidak bisa) dipertanggungjawabkan. Kadang, kalo berita dari luar negeri, Detik asal saja menerjemahkan tanpa mengecek kualitas situs yang menjadi rujukan dan kualitas penerjemah. Akibatnya, Detik sering salah menerjemahkan, atau menerjemahkan berita yang salah.
- Menyukai berita yang kontroversial. yeah.. bad news is a good news.
- Basbang.. ini memang kontradiksi point 1 dan point 2. Ketika menyajikan berita cepat, Detik cenderung terlalu cepat dan terkesan tanpa konfirmasi (berita dulu, konfirmasi belakangan). Tapi ketika menyajikan sesuatu yang terjemahan, barangkali wartawan detik memerlukan waktu berhari-hari untuk menerjemahkan.
- Terkesan arogan. Detik tidak menerima kritik (berima euy), maklum, market leader
- Inkonsisten.. DBU (Tokoh fiktif yang namanya disamarkan - Konon merupakan oknum Detikinyet yang katanya bukan orang detik) pernah mengatakan bahwa untuk meralat berita harus menggunakan berita lain. Tapi ketika dia dan tim-nya melakukan kesalahan penerjemahan atau kesalahan sumber (baca poin 2), maka dengan santainya mereka menghapus atau mengedit berita.
Ya, kadang saya buka detik. Saya juga langganan RSS Feed-nya Detikinyet. Saya membuka detik kalau ingin mengetahui apa yang terjadi di Indonesia. Biasanya saya cuman buka halaman depan dan melakukan scanning terhadap judul. Hal ini biasanya saya lakukan kalo banyak berita yang belum terbaca di google reader saya.
Saturday, August 18, 2007
Ketinggalan Pesawat :)
Pada acara mudik kali ini, aku berencana menggunakan jetstart (value air), berangkat dari Singapore pukul 19:55. Rute pulang aku berencana lewat batam, dikarenakan jatah bebas fiskal-ku tinggal satu.
Beberapa hari menjelang mudik, aku jalan-jalan ke Toys'r'us. Di sana aku melihat ada mobil2an remote control murah. Cumah sekitar 900rb. Kalo di jakarta bisa sekitar 1.5-2jt. Oh iya, sebagai gambaran, mobil2an itu lumayan gedhe. Saladin sampe umur 6 tahun kayaknya bisa naek mobil2an itu.
Akhirnya aku memutuskan membeli mobil2an remote control tersebut untuk saladin. Toko yang aku pilih adalah toys'r'us di Paragon. Pertimbangannya, aku mo nitipin maenan itu di toko itu dulu, baru aku ambil hari rabu pulang dari kantor, terus langsung wes wes wes ke airport.
Ternyata mainan itu laris manis bagai kacang goreng. Di Toys'r'us Paragon mainan itu sudah habis. terus minta tolong mbak2nya buat ngecheck stok, ternyata masih ada di Forum.
Akhirnya aku ke Forum, beli maenan itu, terus ke Paragon lagi buat nitip. Diambil hari rabu.
Rabu... entah kenapa, pekerjaan numpuk. banyak banget yang mesti dikerjakan. Baru bisa keluar kantor jam 6:15. Langsung lari ke Paragon. Eh.. inget juga gak ada duit banyak di dompet. Ke ATM dulu.. eh antrian panjang.. Ya udah langsung ke lantai 6, toys'r'us, ngambil maenan itu. Oh iya, box maenan itu ukurannya 1.5m x 1m x 0.5m, berat 15kg.
Terus turun ke taxi stand. Antri lumayan panjang, ada 10 orang lebih. Setelah aku di barisan paling depan, nyari taxi deh.. Berhubung kondisi yang ada, taxi yang aku naikin harus memenuhi syarat2 berikut:
1. bisa dibayar pake ATM/CC
2. mau membawa barang segedhe mainannya saladin
3. mau mengantar ke airport (beberapa taxi kalo ganti shift kadang milih2 dalam nganter penumpang).
Ternyata susah nemu taxi yang memenuhi 3 kriteria di atas. Akhirnya setelah 10 menit, dapet deh taxi. Udah jam 6:50 kali aku dapet taxi.
Berangkat ke bandara.. eh jalanan agak macet.. stresss....
Nyampe bandara, aku lupa terminal berapa. Langsung melesat ke terminal 2. Nurunin barang, langsung masuk.. langsung saja ada percakapan berikut:
Aku: Counter Value Air di mana ya?
Satpam: Wah itu di terminal 1
langsung lari balik lagi ke taksi yg tadi nganter.. langsung cabut ke terminal 1.
Di terminal 1. ngambil troli, langsung nyari di mana counter value air. Ternyata susah nyarinya. :( seingetku di pojok (1 sampe 4), ternyata gak nemu.. setelah bolakbalik 2 kali, akhirnya nemu juga. di counter 4.
Langsung ke sana.. percakapannya berikut:
Aku: (ngos2an) mbak mo checkin
mbak2: wah udah tutup mas yg mo ke jakarta
Aku: Jadi gak bisa mbak?
mbak2: gak bisa mas
Aku: duit tiket bisa diminta gak mbak?
mbak2: hangus mas
Aku: wah.. penerbangan selanjutnya kapan mbak?
mbak2: besok mas, coba cek ke loket bagian penjualan di sana
Aku: (lemezzzz) makasih mbak
ps: oh iya, aku nyampe depan counter jam 7:30
Langsung saja aku ke counter penjualan tiket (jetstart). Percakapannya adalah sebagai berikut:
Aku: Mas, tiket ke jakarta buat besok masih ada?
Mas2: wah udah tutup mas. kalo mao besok pagi ke sini beli tiket
Aku: Kalo sekedar liat apakah masih ada tempat duduk bisa kan mas?
Mas2: bentar saya cek.... iya masih ada..
Aku: Jam berapa mas bisa mulai beli?
Mas2: Pagi jam 7
Aku: Makasih mas
Terus aku berjalan ke counter2.. sambil nyari2 siapa tahu ada penerbangan ke jakarta.
Terus aku liat ada Adam Air. Langsung saja ke counter Adam Air.. eh ternyata dah tutup :(
Terus ke garuda. Percakapannya adalah sebagai berikut:
Aku: mbak, beli tiket buat penerbangan jam 8 masih bisa gak?
mbak2: wah udah gak bisa mas
Aku: kalo besok paling pagi jam berapa ya mbak?
mbak2: jam 8 pagi mas
Aku: masih ada gak mbak?
mbak2: wah gak ada mas. mesti waiting list.
Aku: yang ada kapan mbak buat besok?
mbak2: Ada jam 11. Mau?
Aku: kalo mao waiting list jam 8 pagi, antri dari jam berapa mbak?
mbak2: jam 6 mesti dah di sini
Aku: Ya udah deh mbak, aku beli tiket jam 11. Berapa harganya mbak?
mbak2: sekian (ps: Harganya sekitar 75% dari harga resmi tiket 2 bolak balik, ato 90% harga kalo beli di travel agent untuk bolak balik)
Setelah semua beres, aku jalan2 bentar. Rencanaku malem itu nginep di Bandara. mo pulang, agak ribet karena maenannya Saladin segedhe gaban.
Tiba-tiba secara tidak sengaja aku melihat papan keberangkatan. Baru inget kalo ternyata garuda ada penerbangan jam 9 malem. Langsung ajah aku ke counter beli tiket tadi.
Aku: mbak, kalo mo waiting list buat jam 9 malem masih bisa?
mbak2: bisa mas, ke sono ajah
Aku: Makasih mbak
Langsung ajah aku ke counter waiting list. Setelah daftar, aku sempet nanya.
Aku: mbak, gimana peluang dapet?
mbak2: kayaknya dapet mas. tunggu saja sampe jam 8:40. nanti jam 8:40, ke sini sambil nunjukin tiket. ini nomer antriannya mas
Aku: Ada berapa orang yg antri mbak?
mbak2: 11 orang
Aku: makash
Ya sudah deh.. terus aku ke warung kopi. beli minum sembari nunggu jam 8:40 malem.
Jam 8:30, aku balik lagi ke counter itu. Langsung nyerahin tiket ke mbak2 yang jaga. Di sana ada 1 cewek (belasan tahun) yg lagi
Aku: mbak, mo check waiting list
Mbak2: bentar mas
terus mbak2 itu ngambil tiketku.
tiba2 mbak2 itu ngomong:
mbak2: mas, kalo mao aman, upgrade ke bisnis saja
Aku: nambahnya berapa mbak?
mbak2 itu terus nanya ke bagian penjualan tiket. terus balik lagi
mbak2: buat mbak ini, nambahnya XXX, sementara buat mas ini, YYY (ps: kalo aku ngambil kelas bisnis, total tiket 1 kali jalan sekitar 3jt rupiah).
akhirnya pada saat yang bener2 terakhir, mbak itu bilang gini:
mbak2 penjaga counter: mas dan mbak, kursi kelas ekonomi tinggal 1 yg kosong. Jadi saya serahkan ke mbak2 ini karena dia nomer urutnya duluan
aku: waduh.. berapa mbak tadi?
mbak2 penjaga counter: sekian mas
aku: kalo aku anggota freq flyer, dapet diskon gak mbak?
mbak2 penjaga counter: mas anggota garuda freq flyer?
aku: iya mbak
mbak2 penjaga counter: bisa liat kartunya mas?
aku: (kasih liat kartunya) ini mbak
mbak2 itu terus ngecek kartuku. terus ngomong gini ke orang satu lagi yang antri
mbak2 penjaga counter: mbak, karena mas2 ini anggota freq flyer, jadi kami prioritaskan. maaf ya mbak
aku: (dalam hati) horeee
mbak2 penjaga counter: mas, silakan check in ke sana. cepet ya mas
aku: makasih mbak
langsung saja aku cabut.. checkin.. thanks garuda freq flyer. kamu penolongku :)
abis check in artinya gak perlu narik2 trolley yang isinya maenannya saladin. cepet2 aku ke ruang tunggu keberangkatan. sampai di sana ternyata emang dah mo berangkat. langsung masuk pesawat. aman dehhhhhh.....
nyampe jakarta sekitar jam 10 malem. keluar dari imigrasi+pengambilan barang sekitar jam 11. langsung inget kalo damri udah gak beroperasi jam segitu. langsung ajah naek taksi.
ternyata supirnya ngambil rute aneh. baru pertama kali itu aku lewat serpong. cepet sih cepet. cuman bosen ajah. di kiri kanan kebanyakan gelap.
Moral of the story: jangan ketinggalan pesawat
Sunday, August 05, 2007
Diskusi Tentang NS di Indo-Sing
Subject: Orang tua PR, anak boleh DP? - was Re: Fw: [Indo-Sing] suami istri PR
------------------------
From: Indra Pramana
At 11:05 PM 6/16/2007, you wrote: > > 1. Anak dari SPR holder(s) tidak otomatis menjadi PR. > > 2. Anak dari SPR holder(s) bila tidak didaftarkan menjadi SPR. > > Statusnya adalah dependent pass holder. Menarik sekali. Jadi walaupun orang tuanya adalah PR holder, kita bisa memilih untuk tidak mendaftarkan anak sebagai PR, dan status si anak menjadi dependant's pass? Ada yang bisa konfirmasi apakah ini diperbolehkan? Ada dokumentasi di website ICA yang menyatakan hal ini? -ip- |
--------
From: Tommy Dj
kalo ga salah under MOM, bukan ICA cmiiw... ICA cuman kasi satu option kalo ortu nya PR, jadi PR ato hengkang... n anyway bayi ga mungkin toh ambil student pass? [Quoted text hidden] |
--------
From: Tommy Dj
eh ada satu lage deng, make LTSVP... err also ga yakin cmiiw... kayak nya duluuuuu, di indo-sing uda perna di ributin soal 2nd gen PR... cuman lupa kesimpulan nya piye... ----- Original Message ---- From: Tommy Dj To: indo-sing@yahoogroups.com [Quoted text hidden] [Quoted text hidden] |
--------
From: Sandy PH
--- Indra Pramana wrote: > Menarik sekali. Jadi walaupun orang tuanya adalah PR > holder, kita > bisa memilih untuk tidak mendaftarkan anak sebagai > PR, dan status si > anak menjadi dependant's pass? > > Ada yang bisa konfirmasi apakah ini diperbolehkan? > Ada dokumentasi di > website ICA yang menyatakan hal ini? > temen kantor gue anak cowoknya pake student pass :p tapi kayaknya jadi gak dapet benefit2 PR -- sekolah lebih mahal, kalo student pass expire mesti keluar dari Sing, dll gitu |
--------
From: seageath
Iya PR aja .... semua lebih murah, sekolah murah apa2 murah Mendingan PR aja ... ngapain pegang EP ... repot Ayuk yuk semua PR .... [sea] +@@#U$#U(#(#$(*)()!)()!@()(!@+ On 6/18/07, Sandy PH wrote:
|
--------
From: sandhy sihotang
wah kemana aja om seageath,baru jam sgini nongol... jangan diulangi ya laen kali... huehehehehehehks.. sisandhy seageath wrote:
regards,
sandhysihotang |
--------
From: seageath
Abis urus PR .... maklum harus kelar hari ini .... Maklum antriannya panjang kalo Senin .... Buat Indo-Sing yang belum PR silahkan apply PR Mumpung lagi gampang, ga bakal di reject PR banyak lho benefitnya ..... :) PR = Pekerjaan Rumah .... [sea] +sdhskdhsdhs@23u283*(*(*@)+ [Quoted text hidden] |
--------
From: Syarif Fadillah
seageath wrote: > Abis urus PR .... maklum harus kelar hari ini .... > Maklum antriannya panjang kalo Senin .... > Buat Indo-Sing yang belum PR silahkan apply PR > Mumpung lagi gampang, ga bakal di reject > PR banyak lho benefitnya ..... :) > Tempo hari katanya gak harus tuh jadi PR, eh sekarang malah kepengen jadi PR nih.. Gimana sih? |
--------
From: seageath
--------
From: Indra Pramana
Berarti ntar Max bisa nemenin Irza serve NS dong ya.. ;) :D :D -ip- At 05:03 PM 6/18/2007, you wrote: >Jadi PR banyak untungnya .... gampang pindah2 kerja >Gampang dapet kartu kredit, gampang ngutang (kata orang bank) >Pokoknya semua gampang ... ga mesti deposit2 ... >Hayo2 semua jadi PR ..... > >[sea] |
--------
From: seageath
--------
From: sandhy sihotang
--------
From: Anthony Fajri
Salah satu pertimbangan-ku buat PR adalah NS CPF ok lah.. itung2 nabung.. tapi kalo NS ya mikir2.. [Quoted text hidden] --Anthony Fajri http://fajri.freebsd.or.id |
--------
From: s_11777
NS itu buat 2nd generation ko.......dan anak nanti bisa pilih mo dijadiin PR jg ato pake student pass nantinya. Temen saya ada ko yg gitu, cuman ya itu sama aja kaya org Indo skolain anaknya di SG tanpa subsidi pemerintah kecuali nanti anaknya pinter trus dapet beasiswa. Soal direpotin atau tidak, menurut saya sih klo anaknya nanti lanjut ke Poly ato Uni kan pas lulus dapet LPR buat kerja.......jadi ga susah kan :D Dan intinya sih selama SG 'kurang org' ktnya seh hehehe n dibutuhkan hrsnya ga sulit :D Saya jg PR baru dapet....tujuannya adalah supaya ga diteken ma company n buat cari2 lbh gampang........eh ternyata ga gampang2 amat seh :P --- In indo-sing@yahoogroups.com, " Anthony Fajri " > > Salah satu pertimbangan-ku buat PR adalah NS > CPF ok lah.. itung2 nabung.. > tapi kalo NS ya mikir2.. > > > > > > Berarti ntar Max bisa nemenin Irza serve NS dong ya.. > > > > ;) :D :D > > > > -ip- > > > > At 05:03 PM 6/18/2007, you wrote: > > >Jadi PR banyak untungnya .... gampang pindah2 kerja > > >Gampang dapet kartu kredit, gampang ngutang (kata orang bank) > > >Pokoknya semua gampang ... ga mesti deposit2 ... > > >Hayo2 semua jadi PR ..... > > > > > >[sea] |
--------
From: Margareth Kindangen
Hallo, sorry baru nongol lagi ni saya....^_^ Mas Indra dan mas Tommy, Saya coba perjelas sedikit ya : 1. (jelas kan ya?) 2. Mungkin lebih jelas bila memakai contoh ya : Si Bapak dan Ibu (yang lagi mengandung) dengan 3 anak (2 lelaki (umur 12 dan 9) dan satu perempuan - 17 tahun) mau daftar SPR (katakanlah lewat investasi de pura2nya) critanya. Mereka punya dilema, takut si anak lelakinya ikut NS bila mereka daftar SPR. Ternyata setelah bertanya sana-sini, mereka memilih untuk aplikasi PR lewat investasi 1,5 million dalam bentuk Venture capital fund dan ternyata di dalam applikasi, ada pilihan untuk mengikut sertakan para dependent (s) (yang ada di family concensus/ kartu keluarga ya) untuk menjadi SPR atau tidak. (jadi boleh dicentang "ya" atau "tidak" Pertanyaan yang muncul dari contoh diatas adalah: 1. Apakah anak lelaki saya boleh tidak diikut sertakan (supaya ga NS) ? Jawabannya: Boleh. (kan ada pilihannya di setiap form aplikasi PR, mau yang lewat investasi ataupun yang non investasi). 2. Kalau anak lelaki saya ga saya ikut sertakan, nantinya pas apply PR pas umur >21 thn, bakal dipersulit ga? (kalo ga salah ada yang nanya ini ya, kemaren2...sorry baru bales =P) Jawabannya : hehe...ga tau, maap mas.... (bener kata mas .......hanya tuhan dan pegawai ICA yang tau...wish I could provide an answer hehe...) 3. Kalau baby saya lahir, apakah jadi SPR juga? kan waktu ibunya apply, si anak uda di perut ? (eh beneran lo, ada yang nanya kayak gini....=)......) Jawabannya : SPR tidak di grant by birth. Jadi ga otomatis dan bagi Ibu yang lagi expecting ga usah takut baby boynya nantinya disuruh ikut NS, krn selama (setelah lahir ni critanya ya) sang anak lelaki tidak didaftarin SPR, dan statusnya hanya dependent pass, ga liable untuk NS. 4. Berarti anak saya otomatis jadi dependent pass holder dong? Jawabannya : tidak otomatis namun legally bisa jadi dependent pass holder, dengan catatan - didaftarin kelahirannya, trus dirubah data yang ada di pemerintah singapore, dan terakhir baru didaftarin jadi dependent (anak). (ada administrasinya, maksudnya. Intinya seperti kelahiran anak di Indo aja, lapor sini dan sana baru diapply dan dapet deh DPya). No admin yang dibikin, no passes. 5. Kalau anak lelaki saya (yang umur 12 dan 9 tahun) saat ini sudah terlanjur jadi SPR. Bisa gak ya, nanti pada saat perpanjangan SPR, mereka gak saya ikutkan lagi trus pas mereka sudah > 21 tahun baru apply sendiri dan bebas dari NS? Jawabannya : once second generation PR, will always be second generation PR. Berarti teteup harus ikut NS, walaupun mereka statusnya adalah main applicant pada saat apply (umur > 21thn) . (Untuk lelaki : Yang tidak wajib NS adalah main applicant saja. Semua dependent pria, wajib NS) 6. Oke deh. Kalau gitu saya dan istri plus anak perempuan aja deh yang daftar SPR (pundung critanya). Anak2 saya yang laki2 gimana dong? Jawabannya : SPR holder diperbolehkan untuk mensponsori LTSVP untuk dependents yang statusnya bukan PR. Jadi untuk anak (biasanya si lelaki ya...) yang bukan SPR, bisa 2 cara : a. pakai LTSVP (kalau si anak tidak tinggal di Singapore) atau b. pakai Student pass (kalau si anak sekolah dan tinggal di singapore) 7. Maaf melenceng dikit, tapi denger2 ortu juga bisa kita apply-in PR ya? bukannya ini cuman citizen yang bisa? Khusus untuk mereka yang apply lewat jalur investasi, malah diperbolehkan untuk memasukan 1 derajat keatas- alias orang tua dan mertua....TAPI dengan catatan tambahan investasi sejumlah SGD300,000 / kepala. (nah kebayang khan salah satu sumber dana buat singapore...hehe. Buat yang punya dana ga masalah, tapi bagi yang kayak saya klepek2 pas tahu/di brief mengenai hal ini). Sumber Informasi lebih lanjut mengenai kemungkinan2 untuk apply PR adalah (untuk kawan yang mungkin baru join di Singapore atau malah masih di Indonesia ): 1. untuk LPR : (tau dong kemana...^_*) 2. untuk PR berdasarkan investasi : ada 2- Economic Development Board Singapore DAN MAS alias Monetary Authority of Singapore (yang mana bisa juga ditanyakan ke banker2 di Private banking di Singapore) 3. Untuk PR berdasarkan lamanya tinggal dan bekerja di S'pore (P, EP, S dkk) : contact ICA 4. maaf melenceng dikit dari PR- kalau untuk EP (working permit/working passes), dkk : contact MOM Semoga membantu ya. Met malem semuanya ^_^ rgds, mk ----- Original Message ---- From: Tommy Dj To: indo-sing@yahoogroups.com Sent: Monday, June 18, 2007 11:09:57 AM Subject: Re: Orang tua PR, anak boleh DP? - was Re: Fw: [Indo-Sing] suami istri PR
eh ada satu lage deng, make LTSVP... err also ga yakin cmiiw... kayak nya duluuuuu, di indo-sing uda perna di ributin soal 2nd gen PR... cuman lupa kesimpulan nya piye... ----- Original Message ---- From: Tommy Dj Sent: Monday, 18 June 2007 11:03:50 Subject: Re: Orang tua PR, anak boleh DP? - was Re: Fw: [Indo-Sing] suami istri PR kalo ga salah under MOM, bukan ICA cmiiw... ICA cuman kasi satu option kalo ortu nya PR, jadi PR ato hengkang... n anyway bayi ga mungkin toh ambil student pass? ----- Original Message ---- From: Indra Pramana To: indo-sing@yahoogrou ps.com Sent: Monday, 18 June 2007 10:38:58 Subject: Orang tua PR, anak boleh DP? - was Re: Fw: [Indo-Sing] suami istri PR At 11:05 PM 6/16/2007, you wrote: > > 1. Anak dari SPR holder(s) tidak otomatis menjadi PR. > > 2. Anak dari SPR holder(s) bila tidak didaftarkan menjadi SPR. > > Statusnya adalah dependent pass holder. Menarik sekali. Jadi walaupun orang tuanya adalah PR holder, kita bisa memilih untuk tidak mendaftarkan anak sebagai PR, dan status si anak menjadi dependant's pass? Ada yang bisa konfirmasi apakah ini diperbolehkan? Ada dokumentasi di website ICA yang menyatakan hal ini? -ip- |
--------
From: seageath
Intinya sih kok sampe merasa kalo bukan PR susah cari kerja? Berarti problemnya bukan di PR-nya tp diri sendiri merasa ga pede kan Terus kalo dah PR ekspektasinya apa? 1. Gaji lebih gede? Yang jelas potongan lebih gede 2. Cari kerja gampang? Tmen saya malah bukan PR cepet2 aja cari kerja Kalo menurut saya PR lebih bebas cari duit mas 1. Bisa ngasong / ngobyek 2. Bisa cari kerja yg cuma bisa buat PR doank 3. Ngutang lebih gampang, kartu kredit semua bisa :) 4. Bisa beli HDB yang harganya lebih murah Yahhhh dibahas lagi ... cape deh Intinya kalo jadi karyawan doank ga pengen karir lebih berkembang ya mending jgn PR dulu [sea] [Quoted text hidden] |
--------
From: Margareth Kindangen
Sorry betulin dikit ya mas Indra dan mas Tommy, tadi saya sempet nanya lawyer yang dulu (pas lagi nelpon2an ni). tolong diperhatikan yang nomor 3 dan 4. salam.... mk ----- Forwarded Message ---- From: Margareth Kindangen To: indo-sing@yahoogroups.com Sent: Monday, June 18, 2007 10:07:02 PM Subject: Re: Orang tua PR, anak boleh DP? - was Re: Fw: [Indo-Sing] suami istri PR Hallo, sorry baru nongol lagi ni saya....^_^ Mas Indra dan mas Tommy, Saya coba perjelas sedikit ya : 1. (jelas kan ya?) 2. Mungkin lebih jelas bila memakai contoh ya : Si Bapak dan Ibu (yang lagi mengandung) dengan 3 anak (2 lelaki (umur 12 dan 9) dan satu perempuan - 17 tahun) mau daftar SPR (katakanlah lewat investasi de pura2nya) critanya. Mereka punya dilema, takut si anak lelakinya ikut NS bila mereka daftar SPR. Ternyata setelah bertanya sana-sini, mereka memilih untuk aplikasi PR lewat investasi 1,5 million dalam bentuk Venture capital fund dan ternyata di dalam applikasi, ada pilihan untuk mengikut sertakan para dependent (s) (yang ada di family concensus/ kartu keluarga ya) untuk menjadi SPR atau tidak. (jadi boleh dicentang "ya" atau "tidak" Pertanyaan yang muncul dari contoh diatas adalah: 1. Apakah anak lelaki saya boleh tidak diikut sertakan (supaya ga NS) ? Jawabannya: Boleh. (kan ada pilihannya di setiap form aplikasi PR, mau yang lewat investasi ataupun yang non investasi). 2. Kalau anak lelaki saya ga saya ikut sertakan, nantinya pas apply PR pas umur >21 thn, bakal dipersulit ga? (kalo ga salah ada yang nanya ini ya, kemaren2...sorry baru bales =P) Jawabannya : hehe...ga tau, maap mas.... (bener kata mas .......hanya tuhan dan pegawai ICA yang tau...wish I could provide an answer hehe...) 3. Kalau baby saya lahir, apakah jadi SPR juga? kan waktu ibunya apply, si anak uda di perut ? (eh beneran lo, ada yang nanya kayak gini....=)......) Jawabannya : SPR tidak di grant by birth. Jadi ga otomatis dan bagi Ibu yang lagi expecting ga usah takut baby boynya nantinya disuruh ikut NS, krn selama (setelah lahir ni critanya ya) sang anak lelaki tidak didaftarin SPR, dan statusnya hanya anak (dependent) NAMUN bukan Dependent Pass holder ya, dan ga liable untuk NS. 4. Berarti anak saya otomatis jadi dependent pass holder dong? Jawabannya : tidak otomatis namun legally bisa jadi LTSVP atau Student Pass, dengan catatan - ada admin worknya buat aplikasi 2 pass ini [Quoted text hidden] |
--------
From: Anthony Fajri
wah.. thanks informasi-nya lengkap :) On 6/18/07, Margareth Kindangen wrote:
ini yg saya cari :) maklum belom pernah liat form-nya
dependent pass sampe umur berapa ya?
:)
pantes pas mudik kmaren baca tempo, banyak koruptor indonesia yang udah jadi warga negara singapore. ternyata emang ada jalur khusus-nya ya.. wah nanti pulang mecah celengan nih.. siapa tao duitnya lebih dari 300rb bisa langsung PR tanpa pusing2 [Quoted text hidden] |
--------
From: Margareth Kindangen
Hi mas Anthony, Sama2. Namun (seperti yang sy tulis di email ke dua : ada pembetulan di bagian dependent pass ya). Dependent pass hubungannya ke working passes (ke MOM). PR ga ada hubungannya ama dependent pass (soalnnya ke ICA). (thanks to mas Indra and mas Tommy yang spot masalah ini ^_^) oh iya tambahan lagi, untuk sponsor orang tua (yang lewat jalur investasi) SGD 300,000 adalah yang 'termurah' dan ini lewat EDB. Yang bisa bikin (sebagian mungkin) warga indosing melotot, mungkin kalau tahu scheme nya MAS, dimana investasi minimum adalah 5 juta SGD , untuk diinvestasi di bank2 di singapore - dibawah MAS, dimana ortu/mertua juga boleh di sponsor dengan hitungan per kepala > 1 million SGD. (silahkan cek ke banker2 masing2 aja...) Sorry for the inconvenience buat mistake DP holdernya. Semoga dengan adanya email yang kedua, bisa ga menyesatkan kawan2 ya. Hartelijk bedank voor uw tijd en aandacht welterusten... groetjes, mk |